Sabtu, 13 November 2010

Karakteristik Dataran Rendah


A.    Karakteristik dataran rendah
         Dataran rendah adalah tanah yang keadaannya relatif datar dan luas sampai ketinggian sekitar 200 m dari permukaan laut. Tanah ini biasanya ditemukan di sekitar pantai, tetapi ada juga yang terletak di pedalaman. Di Indonesia banyak dijumpai dataran rendah, misalnya pantai timur Sumatera, pantai utara Jawa Barat, pantai selatan Kalimantan, Irian Jaya bagian barat, dan lain-lain. Dataran rendah terjadi akibat proses sedimentasi. Di Indonesia dataran rendah umumnya hasil sedimentasi sungai. Dataran rendah ini disebut dataran aluvial. Dataran aluvial biasanya berhadapan dengan pantai landai laut dangkal. Dataran ini biasanya tanahnya subur, sehingga penduduknya lebih padat bila dibandingkan dengan daerah pegunungan (Anonymous,2009).
Dataran rendah mempunyai tekanan udara lebih tinggi sedangkan pegunungan, tekanan udaranya lebih rendah. perpindahan udara terjadi dari tekanan udara yg tinggi ke rendah. (Anonymous,2009).
Jenis-jenis tanah pada dataran rendah:
1.      Tanah humus
Tanah humus adalah tanah yang sangat subur terbentuk dari lapukan daun dan batang pohon di hutan hujan tropis yang lebat.
2.      Tanah pasir
Tanah pasir adalah tanah yang bersifat kurang baik bagi pertanian yang terbentuk dari batuan beku serta batuan sedimen yang memiliki butir kasar dan berkerikil.
3.      Tanah Alluvial
Tanah aluvial adalah tanah yang dibentuk dari lumpur sungai yang mengendap di dataran rendah yang memiliki sifat tanah yang subur dan cocok untuk lahan pertanian.
4.      Tanah Laterit
Tanah laterit adalah tanah tidak subur yang tadinya subur dan kaya akan unsur hara, namun unsur hara tersebut hilang karena larut dibawa oleh air hujan yang tinggi.
Contoh : Kalimantan Barat dan Lampung.
5.      Tanah Gambut / Tanah Organosol
Tanah organosol adalah jenis tanah yang kurang subur untuk bercocok tanam yang merupakan hasil bentukan pelapukan tumbuhan rawa. Contoh : rawa Kalimantan, Papua dan Sumatera.

B.     Analisis vegetasi dataran rendah
Menurut Prof.Ir.Kurniatun Hairiah, Ph.D dkk menjelaskan bentuk suatu vegetasi merupakan hasil interaksi factor-faktor lingkungan seperti bahan induk, topografi, tanah, iklim, organisme-organisme hidup dan waktu. Waktu disini dimaksudkan sebagai faktor sejarah pengelolaan atau umur dari lingkungan tersebut. Interaksi dari faktor-faktor lingkungan tersebut dapat digunakan sebagai indicator dari lingkungan atau komponen-komponen penduga sifat lingkunagan yang bersangkutan. vegetasi ialah factor atau komponen lingkungan yang paling mudah digunakan untuk keperluan tersebut, sebab vegetasi dengan sifatnya yang peka terhadap pengaruh perubahan faktor-faktor lingkungan.
Analisis vegetasi ialah masyarakat tumbuhan yang hidup di dalam suatu tempat dalam suatu ekosistem. Masyrakat tumbuhan (komunitas) adalah kumpulan populasi tumbuhan yang menempati suatu habitat. Jadi pengertian komunitas identik dengan pengertian vegetasi. Bentu vegetasi dapat terbentuk satu jenis komunitas disebut konsosiasi seperti hutan pinus, padang alang-alang, dan lain-lain, sedangkan yang di bentuk dari macam – macam jenis komunitas disebut asosiasi seperti hutan hujan tropis, padang penggembalaan dll.
Dalam mempelajari vegetasi, dibedakan antara studi floristic dengan analisis vegetasi. Pada stui floristic, data yang diperoleh berupa data yang kualitatif, yaitu data yang menunjukkan bagaimana habitus dan penyebaran suatu jenis tumbuhan. Sedangkan pada analisis vegetasi, data yang diperoleh berupa kualitatif dan kuantitatif. Data kuantitatif menyatakan jumlah, ukuran, berat kering dan berat basah suatu jenis, frekuensi temuan dan luas daerah yang ditumbuhinya. Data kuantitatif didapat dari hasil penjabaran pengamatan petak contoh, di lapangan, sedangkan data kualitatif didapat dari hasil pengamatan dilapangan berdasarkan pengamatan yang luas.
Dalam mengerjakan analisis vegetasi ada dua nilai yang dapat diamati, yaitu nilai ekonomis dan nilai biologi. Nilai ekonomis suatu vegetasi dapat dilihat dari potensi vegetasi tersebut, untuk mendatangkan devisa seperti vegetasi yang berupa pohon yang dapat di ambil kayunya atau vegetasi padang rumput yang dapat dijadikan padang penggembalaan ternak dan lain – lain. Sedangkan nilai biologi suatu vegetasi dapat dilihat dari peranan vegetasi tersebut, seperti vegetasi hutan dapat dijadikan sebagai sumber pakan, tempat beristirahat hewan, pengatur iklim, pengatur tata aliran air, dan indikator untuk beberapa unsur tanah, dan lainnya.
Dalam menganalisis vegetasi, ada beberapa macam metode yang dapat digunakan. Ada yang menggunakan petak contoh ( plot ) dan ada yang  tidak menggunakan petak contoh. Metode yang menggunakan plot adalah metode kuadrat dan pantograf. Sedangkan metode yang tidak menggunakan petak contoh ialah titik menyinggung ( Point Intercept ), garis menyinggung (Line Intercept) atau kuadran dan lainnya. Parameter kuantitatif yang biasanya digunakan dalam analisis vegetasi adalah kerapatan, frekuensi dan dominasi. Penjumlahan dari tiga variabel tersebut disebut important value atau nilai penting.
1.      Kerapatan
Kerapatan ialah nilai yang menunjukkan jumlah individu dari jenis – jenis yang menjadi anggota suatu komunitas tumbuhan dalam luasan tertentu. Sementara itu, kerapatan relatif, menunjukkan persentase dari jumlah individu jenis yang bersangkutan di dalam komunitasnya. Kesulitan – kesulitan dalam menghitung kerapatan ialah:
a.       Banyak memakan waktu dalam menghitung dan sulit untuk dan menentukan satuan pada jenis – jenis yang berumpun dan menjalar
b.      Harus dibuat suatu perjanjian untuk jenis – jenis tumbuhan yang berada pada tepi petak contoh, seperti daun yang berada diluar petak contoh, sedangkan akar dan batangnya berda di dalam petak contoh.
2.      Frekuensi
Frekuensi ialah besaran yang menyatakan derajat penyebaran jenis di dalam komunitasnya.
Frekuensi dipengaruhi oleh beberapa faktor :
a.       Pengaruh luas petak contoh
Pengaruh dari luas petak contoh akan mempengaruhi jumlah jenis tumbuhan yang akan terambil dalam petak contoh tersebut. Dengan banyaknya jumlah jenis yang terambil, maka frekuensi temuan yang terdapat dalam petak contoh juga akan lebih tinggi.
b.      Pengaruh penyebaran tumbuhan
Pengaruh penyebaran suatu jenis tumbuhan akan menentukan besarnya nilai frekuensi. Jenis – jenis yang menyebar secara merata akan memberikan nilai frekuensi yang lebih besar, dibandingkan dengan jenis – jenis yang berkelompok.
c.       Pengaruh ukuran jenis tumbuhan
Untuk jenis – jenis tumbuhan yang mempunyai tajuk yang sempit akan memiliki peluang lebih besar untuk terambil dalam petak contoh pada luasan yang sama bila dibandingkan dengan jenis – jenis yang mempunyai tajuk yang lebar.
3.      Dominasi
Dominasi adalah besaran yang digunakan untuk menyatakan derajat penguasaan ruang atau tempat tumbuh, berapa luas areal yang ditumbuhi oleh sejenis tumbuhan, atau kemampuan sesuatu jenis tumbuhan untuk bersaing terhadap jenis lainya. Dalam pengukuran dominansi, dapat digunakan persen kelindungan (penutupan tajuk), luas basal area dan biomasa.
a.       Kelindungan atau penutupan tajuk
Dalam menghitung penutupan tajuk ini, biasanya dilakukan dengan cara mengukur luasan tajuk untuk tiap jenis yang terdapat dalam petak contoh, kemudian dicari dominasi relatifnya. Selanjutnya persen penutupan tajuk dapat diukur dari proyeksi tajuk ke tanah.
b.      Luas basa areal
Satuan basanya digunakan untuk komunitas yang terbentuk pohon. Pengukuran dilakukan dengan mengukur diameter batang pohon pada setinggi dada (130 cm) atau 50 cm diatas akar papan (banir) untuk pohon yang mempunyai akar papan.
c.       Biomasa
Biomasa ialah ukuran untuk menyatakan berat sukar dilakukan Pengukuran biomasa tumbuhan keseluruhan, sukar dilakukan. Karena seringkali bagian akar tumbuhan seluruhnya tidak terambil dari dalam tanah, karena itu pengukuran biomasa biasa dilakukan hanya bagian tumbuhan di atas permukaan tanah. Pengukuran biomasa dapat dilakukan dengan memotong tumbuhan tersebut pada batas atas permukaan tanh (tanna akar), kemudian ditimbang. Penimbangan berat basah dilakukan secara langsung setelah panen. Sedangkan kering udara yaitu penimbangan yang dilakukan setelah mengeringkan tumbuhan tersebut di alam terbuka sampai beratnya konstan atau penimbangan juga dapat dilakukan setelah tumbuhan tersebut dikeringkan pada oven dengan suhu sekitar 70°C.
(Prof.Ir.Kurniatun Hairiah, Ph.D dkk.2009)


Pustaka
Hairah Kurniatun dkk.2009.Modul Praktikum Ekologi Pertanian.FP UB.Malang
http://syadiashare.com/jenis-tanah.html
http://www.e-dukasi.net/mapok/mp_full.php?id=215


2 komentar:

Terimakasih atas kunjungannya, semoga bermanfaat