Sabtu, 16 April 2011

Rencana Kerja Penyuluhan Masyarakat dalam Bidang Agribisnis

PENDAHULUAN

Bila program telah direncanakan secara cermat, maka tahap berikutnya ialah melaksanakan program tersebut. Rupanya pada tahap pelaksanaan inipun masih banyak pendidikan dan pelatihan untuk masyarakat yang akan diberdayakan. Sebelum terjun ke lapangan untuk melaksanakan program, ternyata masih ada tahap kerja di atas kertas yang harus dilakukan, yaitu menyusun rencana kerja secara teliti dan cermat. Pada tahap pelaksanaan ini masalah pengendalian perilaku manusia menjadi sangat penting yang berasal dari psikologi sosial.

Pelaksanaan suatu program komunikasi pendidikan dan pelatihan merupakan suatu tahap yang penting dalam siklus pengembangan program tersebut. Tahap ini sangat menentukan, oleh karena disinilah segala sesuatu yang telah direncanakan dengan sebaik-baiknya akan dilaksanakan, dan diuji daya gunanya untuk menimbulkan perubahan yang diinginkan.
Pelaksanaan program komunikasi pendidikan dan pelatihan akan melibatkan berbagai pihak dan banyak orang dalam suatu sistem sosial. Pihak-pihak ataupun orang-orang yang terlibat ini seharusnya mewakili suatu khalayak ataupun komuniti yang akan dikenai oleh pelaksanaan program tersebut. Mereka ini dapat menarik dukungan dan mengerahkan sumberdaya yang diperlukan oleh proses perubahan itu.
Sebagaimana telah kita ketahui, perubahan yang akan timbul akan berbentuk perubahan perilaku individu-individu warga komuniti tersebut. Perubahan ini, diharapkan dilakukan secara aktif oleh warga khalayak tersebut, untuk memperoleh manfaat dari program pengabdian pada masyarakat itu.
PEMBAHASAN
RENCANA KERJA
Rencana kerja boleh didefinisikan sebagai suatu uraian tentang aktivitas-aktivitas, yang disusun sedemikian rupa sehingga memungkinkan pelaksanaan seluruh program yang telah direncanakan seefesien mungkin. Dalam bentuk yang lebih sederhana, rencana kerja dinyatakan sedemikian rupa sehingga dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan apa, kapan, dimana, bagaimana dan oleh siapa suatu pekerjaan akan dilakukan.
Pada tahap pelaksanaan, suatu rencana kerja perlu diuraikan lebih lanjut, terutama yang menyangkut susunan tugasataupun pekerjaan yang dikaitkan dengan waktu pelaksanaannya. Dalam hubungan ini, susunan tugas ataupun pekerjaan perlu disusun secara kronologik. Dalam hubungan ini, perlu kita ketahui bahwa kalender kerja itu dibuat untuk setiap tahun pelaksanaan program. Peristiwa-peristiwa penting yang harus dilaksanakan pada setiap bulan pelaksanaan program harus dicantumkan. Jadwal kerja semacam ini tentunya masih bersifat umum, sehingga masih perlu diuraikan secara lebih terinci. Misalnya saja kita buat suatu jadwal kerja untuk setiap bulan, sesuai dengan musim ataupun kebiasaan kerja yang berlaku umum di masyarakat kita.
Implementasi ataupun pelaksanaan suatu program pengabdian pada masyarakat, haruslah atas dasar rencana kerja yang telah disusun. Apabila rencana kerja tersebut masih belum jelas, maka pelaksanaan suatu program pengabdian pada masyarakat itu harus ditunda. Penundaan ini perlu untuk menyediakan cukup waktu bagi penyusunan kembali struktur organisasi pelaksanaan program tersebut, penentuan target-target yang hendak dicapai, pembagian kerja yang lebih jelas, prosedur operational, pengalokasian sumberdaya, penyusunan jadwal, penentuan siapa pelaksana-pelaksananya dan siapa khalayak yang akan dikenai oleh proses perubahan itu.
Pesson (1996) menyarankan agar suatu rencana kerja yang baik, dapat memberi petunjuk-petunjuk yang jelas tentang:
1. Aktivitas pendidikan yang akan dilakukan bersama kelompok-kelompok khalayak yang spesifik. Bagian ini
2. Pengorganisasian. Bagian ini menunjukkan adanya aktivitas-aktivitas yang perlu dilakukan untuk menunjang program pendidikan yang berhasil, yang akan dilakukan selama tahun pelaksanaan program. Termasuk ke dalam hal ini ialah rencana aktivitas, misalnya pertemuan-pertemuan kelompok penasehat, dan sebagainya, rencana koordinasi staf, rencana latihan bagi para pimpinan local, dan rencana peningkatan mutu professional yang dilibatkan.
Selanjutnya Pesson menyatakan bahwa suatu rencana kerja yang telah dikembangkan dengan baik akan difokuskan pada tujuan-tujuan pendidikan yang dianggap penting bagi khalayak. Rencana-rencana pengajaran yang spesifik, yang ditujukan pada warga khalayak tertentu harus dikembangkan. Dalam hubungan ini, ia menekankan bahwa perhatian perlu dipusatkan pada kelompok-kelompok tertentu yang terdapat dalam khalayak sasaran yang hendak dicapai itu. Misalnya saja, kelompok-kelompok yang lebih spesifik itu ialah petani-petani/nelayan-nelayan ataupun peternak-peternak kecil, bukan petani/nelayan ataupun peternak yang memiliki usaha tani yang luas.
Kemudian Pesson (1996) menganjurkan juga agar pada setiap rencana pendidikan dan pengajarannya yang akan dikembangkan, terdapat:
a. Tujuan pendidikaan
Tujuan pendidikan ini harus disusun dalam bentuk yang sedemikian rupa sehingga menunjukkan siapa yang hendak dicapai, “ subject-matter “ apa yang digunakan, dan perubahan perilaku apa yang diharapkan terjadi. Apabila dirumuskan dengan baik, maka tujuan pendidikan dapat dijadikan petunjuk untuk mengembangkan rencana pengajaran yang baik.
b. Tugas-tugas pendidikan
Untuk setiap isi “ subject-matter “, bagi setiap tujuan pendidikan tertentu yang spesifik, yang harus dilakukan agar timbul perubahan perilaku seperti yang terkandung dalam tujuan pendidikan itu. Tugas-tugas spesifik ini harus diidentifikasi dalam rencana pengajaran.
c. Sasaran yang hendak dicapai
Untuk setiap macam tugas pendidikan, perlu dibuat rencana untuk mencapai segmen-segmen khalayak yang spesifik. Hal inipun harus diidentifikasi dalam rencana pengajaran.
d. Metode yang akan digunakan
Metode yang digunakan untuk menyampaikan informasi harus disebutkan dalam rencana pengajaran. Metode ini harus spesifik, sesuai dengan tugas pendidikan yang hendak dilakukan dan sesuai pula dengan kelompok-kelompok khalayak sasaran yang hendak dicapai.
e. Lokasi pengajaran
Lokasi dimana kelompok khalayak sasaran yang spesifik hendak belajar haruslah disebutkan dalam rencana pengajaran. Hal ini oleh karena lokasi geograpik merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi partisipasi warga masyarakat dalam aktifitas pendidikan penyuluahan.
f. Jadwal aktifitas pengajaran
Ditilik daru dua sudut, waktu juga merupakan suatu yang penting. Tugas-tugas tertentu yang hendak diajarkan haruslah diberi cukup waktu dan staf perguruan tinggi yang waktunya juga terbatas harus pula dijadwalkan dengan sebaik mungkin. Jadi faktor waktu harus diidentifikasi dalam setiap rencana pengajaran dan dalam jadwal tahunan pelaksanaan program itu.
g. Agen pembaharu (Komunikator)
Komunikator atau guru (narasumber) merupakan suatu faktor yang penting bagi pelaksanaan rencana pengajaran. Siapa yang akan menjadi guru perlu ditetapkan terlebih dahulu dengan jelas, agar supaya tanggung jawab mengajar dapat diperjelas. Disamping penyuluh, “Subject-matter specialist” dan pemimpin local, maupun narasumber lainnya dapat pula diminta bantuannya untuk mengajarkan sesuatu yang telah diprogramkan.
h. Evaluasi
Untuk setiap tujuan program dan untuk setiap tujuan pendidikan yang spesifik, perlu diidentifikasi bukti-bukti tentang pelaksanaan sesuatu yang teelah diprogramkan. Hal inipun harus dijadikan suatu komponen rencana kerja yang tidak terpisahkan.
Proses pengorganisasian pengalaman belajar yang dimasukkan kedalam rencana kerja itu, merupakan sesuatu yang pelik, yang perlu dipertimbangkan secara cermat. Dalam hubungan ini, ada 5 prinsip yang dikemukakan oleh Tyler (dalam Pesson,1996) yang dapat digunakan untuk memilih pengalaman-pengalaman belajar yang sesuai bagi khalayak sasaran target itu. Kelima prinsip tersebut ialah:
1. Anggota khalayak sasaran target group harus memilki pengalaman-pengalaman yang memberinya kesempatan untuk mempraktekkan perilaku baru yang terkandung dalam tujuan pendidikan yang hendak dicapai.
2. Pengalaman-pengalaman belajar ini harus diorganisasikan sedemikian rupa sehingga partisipan-partisipan itu mendapat kepuasaan dari usaha mempraktekkan perilaku yang terkandung dalam tujuan pendidikan itu.
3. Perubahan-perubahn perilaku yang diharapkan terjadi itu, masih berada dalam jangkauan kemampuan partisipan untuk melakukannya.
4. Untuk satu tujuan pendidikan terdapat banyak pengalaman belajar yang dapat ditawarkan.
5. Pengalaman-pengalaman belajar yang sama, dapat memberikan hasil yang berbeda pada setiap partisipan.
Apabila ditelaah kembali, uraian di atas menunjukkan bahwa setiap rencana kerja harus dapat member petunjuk tentang:
1. Siapa khalayak sasaran yang secara spesidik hendak dicapai?
2. Apa isi atau “subject-matter” yang akan disampaikan kepada khalayak, untuk menimbulkan perubahan perilaku mereka?
3. Bagaimana informasi yang bertalian dengan isi ataupun “subject-matter” itu akan dihantarkan kepada khalayak yang hendak diubah perilakunya itu?
4. Kapan aktifitas belajar-mengajar itu akan diselenggarakan?
5. Dimana aktifitas belajar-mengajar itu diselenggarakan?
PELAKSANAAN RENCANA KERJA
Tugas utama seorang komunikator atau agent pembaharu dalam pelaksanaan rencana kerja ialah mengimplementasikan rencana pengajaran yang telah disusun. Suatu rencana pengajaran tidak menimbulkan keguanaan apapun, apabila tidak diaktifkan. Teknik mengaktifkan rencana pengajaran itu menurut Boone, et al (1973) memerlukan kemahiran agen pembaharu untuk merekrut, mengembangkan dan menggunakan nara sumber yang diperlukan bagi pelaksanaan aktifitas belajar khalayak target group, memonitor proses belajar-mengajar secara efektif dan konstruktif, menggunakan kesempatan-kesempatan yang ada untuk memberikan dorongan kepada warga khalayak yang belajar, dan peka pada kebutuhan untuk mengarahkan kembali aktifitas belajar mereka apabila hasil observasi dan umpan balik yang diterima menunjukkan adanya kebutuhan akan hal tersebut.
Dalam upaya mengerasionalkan rencana kerja itu, sekali lagi,ada empat tugas penting yang harus dilakukan oleh penyuluh. Keempat tugas itu adalah :
1. Merekrut, mengembangkan dan menggunakan nara sumber yang diperlukan untuk mengimplementasikan rencana kerja itu.
2. Memonitor secara terus menerus aktifitas belajar khalayak sasaran program pengabdian pada masyarakat atau pemberdayaan.
3. Selalu memberi dorongan pada khalayak sasaran program pemberdayaan.
4. Member pengarahan kembali pada aktifitas belajar khalayak sasaran program pemberdayaan.
Rekrutmen, pengembangan dan penggunaan nara sumber bagi implementasi rencana kerja.
Pada dasarnya dalam upaya untuk mengimplementasikan rencana kerja, agen pembaharu sebagai komunikator terlebih dahulu mengidentifikasikan tugas-tugas apa yang harus dilakukan agar aktifitas belajar-mengajar khalayak sasaran target group dapat terselenggara ( Boone et al, 1973).
Setelah tugas-tugas tersebut diidentifikasi dan disususn dalam suatu struktur yang jelas, maka pengorganisasian pekerjaan dapat dilakukan. Selain itu, yang perlu dilakukan agen pembaharu pada tahap berikutnya mengidentifikasi dan merekrut nara sumber yang terdapat dalam sistem sosial setempat. Dalam hubungan ini, Kelsey dan Hearne (1973) dan Boone,et al (1973) menekankan agar nara sumber yang akan direkrut ini haruslah memilki kompetensi yang dibutuhkan untuk menyelenggarakan aktifitas belajar-mengajar bagi khalayak secara efektif.
Apabila nara sumber yang diperlukan itu telah direkrut, maka harus diusahakan agar ada suatu perlakuan khusus yang akan diberikan pada orang-orang ini. Perlakuan tersebut diperlukan untuk membantu mereka memahami dan menerima tugas dan tanggung jawabnya, yang akan dilakukan kemudian sebagai bagian dari keseluruhan aktifitas yang mengimplementasi rencana kerja dan rencana pengajaran yang telah dibuat. Perlakuan khusus ini dapat berupa latihan-latihan yang dilaksanakan secara informal dalam pertemuan-pertemuan dengan mereka. Latihan-latihan tadi dapat berupa latihan yang bersifat teknis tentang isi ataupun “subject matter”, strategi dan metdelogi belajar-mengajar (Kesley dan Hearne,1963)
Ketika melatih nara sumber. Prinsip-prinsip dasar psikologi belajar orang dewasa harus diperhatikan. Orang dewasa, menurut Kelsey dan Hearne (1963), dalam cara yang tidak banyak berbeda dengan anak-anak muda belajar, akan tetapi dengan kecepatan yang lebih lambat. Hal ini disebabkan karena :
a. Penglihatan dan pendengaran yang sudah berkurang ketajamannya,
b. Waktu reaksi yang lambat,
c. Keengganan dalam belajar yang lebih besar
d. Meningkatnya kekhawatiran akan gagal. Batas-batas ini menuntut kita akan beberapa macam penyesuain.
1. Kareana ketajaman penglihatan dan pendengaran orang dewasa telah berkurang, maka harus diusahakan agar:
a. Partisipan merasa enak dan betah dalam ruang belajar, dapat melihat apa yang sedang dikerjakan, dan dapat mendengar apa yang diucapkan.
b. Materi-materi cetakan ataupun stensilan harus menggunakan huruf yang cukup besar agar mudah dibaca.
c. Gunakan kata-kata atau istilah yang sederhana dalam kalimat-kalimat yang diucapkan,
d. Ketika membuat ilustrasi di papan tulis, gunakanlah tulisan-tulisan yang berukuran besar dan sederhana sehingga ilustrasi visual tersebut dapat mudah dilihat dan melengkapi pesan-pesan audio yang disampaikan.
e. Berbicaralah dengan jelas dan lambat.
2. Karena waktu reaksi yang dibutuhkan lebih panjang, maka usahakan agar:
a. Hanya satu atau dua tugas yang diberikan pada suatu saat
b. Tugas-tugas yang spessifik yang diberikan, dipilih yang dapat dilakukan oleh narasumber,
c. Tugas-tugas itu harus direncanakan dengan sebaik-baiknya, butir-butir yang controversial agar dibuang sebelum presentasi, kemudian hindari duplikasi dan hal-hal yang membingungkan.
d. Pada satu waktu, ajarkan satu hal saja. Demikian seterusnya. Hal-hal yang diajarkan harus berurutan sesuai dengan logika. Pertama-tama ajarkan tentang mengapa, kemudian apa, bagaimana dan kapan.
e. Hubungan materi pengajaran yang baru dengan apa yang telah diketahui: berikan materi tersebut dalam unit-unit yang pendek.
f. Apa yang disampaikan perlu sering diulangi. Orang dewasa cepat melupakan apa yang dipelajarinya, kecuali apabila segera diikuti dengan praktek yang mereka lakukan.
3. Karena besarnya keengganan orang dewasa untuk belajar kembali dan perasaan takut mengalami kegagalan, maka :
a. Usahakanlah agar mereka dapat belajar dengan mudah dan santai.
b. Bertanyalah terus tentang pengalaman yang mereka miliki dan gunakanlah hal tersebut sebagai ilustrasi.
c. Dalam pertemuan, beri kesempatan pada setiap pemimpin local yang akan dijadikan narasumber untuk berpartisipasi. Pertemuan itu harus member mereka kesempatan untuk bertukar pendapat dan berdiskusi tentang keberhasilan mereka.
d. Berikan informasi yang lebih banyak dan lebih lengkap pada narasumber daripada khalayak laiinya.
e. Beri penghargaan dan pengakuan. Diakui atu tidak orang dewasa tetap menghendaki penghargaan. Beri mereka dorongan dan keberanian, dan hargai inisiatif mereka.
f. Aturlah penghargaan untuk pemimpin local itu, ketahuilah nama setiap pemimpin local, sebut nama-nama itu dalam setiap pertemuan.
g. Perhatiakan agar setiap pemimpin local yang dilibatkan menddapat kepuasan dari pekerjaannya. Pastikan bahwa setiap pemimpin local mengerti apa yang ia kerjakan dan bersemangat untuk mengerjakan hal tersebut. Latihan yang cukup dan kesempatan yang memadai untuk mempersiapkan diri, cenderung akan menghasilkan kepuasan yang lebih besar. Beritahu pemimpin local itu agar tidak mulai bekerja, sampai saat material yang mereka butuhkan tiba (Kelsey dan Hearne,1963).
Disamping latihan yang diberikan pada narsumber itu, secara teratur mereka juga perlu diberi dorongan agar tetap bersemangat untuk melibatkan diri terus menerus dalam pembaharuan sistem sosialnya. Disamping itu, masih perlu direncanakan untuk melengkapi mereka dengan literature dan sumberdaya belajar lainnya, yang mereka perlukan untuk menyelenggarakan aktifitas belajar-mengajar. Alat bantu mengajar yang akan diberikan haruslah dibuat sesuai dengan kebutuhan yang berkembang dalam situasi setempat yang spesifik (boone,et al,1973).
MEMANTAU AKTIFITAS BELAJAR KHALAYAK TARGET GROUP
Alasan mengapa dalam pelaksanaan rencana kerja memantau aktifitas belajar khalayak target group dijadikan salah satu tanggung jawab utama agen pembaharu selaku komunikator, perlu dikemukakan dengan jelas pada komunikator. Hal yang demikian ini tentunya ada kaitannya dengan upaya untuk menumbuhkan komitmen dalam diri agen pembaharu agar ia selalu berkenan membantu anggota-anggota khalayaknya untuk membentuk perilaku baru (Boone et al,1973).
Pembentukan perilaku ini, agaknya merupakan syarat keharusan timbulnya perubahan teknologi maupun ekonomi (Boyle,1981), yang hendak direalisasikan melalui pelaksanaan program pengabdian pada masyarakat. Oleh karena itu, agen pembaharu selaku komunikator haruslah menumbuhkan aktifitas belajar khalayak secara konstruktif dan purposive.
Ada empat hal yang harus dilakukan oleh komunikator dalam usaha memantau aktifitas belajar khalayaknya. Keempat hal tersebut menurut Boone et al (1973) ialah:
1. Mengamati dan memberikan penekanan pada adanya kesempatan anggota khalayak untuk melibatkan diri dan berinteraksi dengan isi ataupun “subject matter” dan mempraktekkan perilaku baru, yang temaktub dalam tujuan pendidikan yang hendak dicapai.
2. Komunikator atau agen pembaharu harus pula mengamati apakah agen pembahari ataupun narsumber lainnya menunjukkan perilaku yang membantu warga belajar agar tetap mau berusaha belajar membentuk perilaku baru,
3. Komukiator atau agen pembaharu harus terus mengamati apakah narasumber cukup memiliki kemampuan untuk menyampaikan informasi yang diperlukan bagi terselenggarnya proses belajar denngan baik .
4. Apakah ada hubungan yang harmonis dan penuh pengertian diantara agen pembaharu atau narasumber dengan khalayak, untuk menunjang terselenggaranya proses belajar dengan baik.
Hasil pengamatan tentang pengamatan tentang ke empat butir di atas, yang diperoleh dari pemantauan aktifitas belajar-mengajar khalayak dan narasumber di lapangan, harus disampaikan pada pihak-pihak yang bertanggungjawaab bagi kelangsungan pelaksanaan program pengabdian pada masyarakat. Hasil pemonitoran ini kemudian harus digunakan untuk memperbaiki aktifitas kualitas belajar khalayak sasaran target group.
Selalu memberi dorongan pada khlayak sasaran target group
Dalam proses perubahan pada agen pembaharu harus selalu menjaga agar motivasi khalayak sasaran untuk membentuk perilaku baru tetap tinggal. Hal ini penting sekali, oleh karena motivasi adalah kunci bagi perubahan yang hendak dicapai. Motivasi belajar yang tinggi akan menumbuhkan keteguhan khalayak untuk terus berusaha mempelajari dan mempraktekkan perilaku baru sampai berhasil (Boone et al,1973).
Mempertahankan agra motivasi khalayak sasaran target group tetap tinggi memerlukan upaya yang terncana dengan baik. Di dalam hubingan ini Boone et al,(1973) member petunjuk bahwa agen pembaharu, secara sistemik, harus selalu berusaha memberikan umpan balik tentang sejauhmana kemajuan merealisasikan tujuan yang telah dicapai oleh khalayak tersebut. Agen pembaharu dan narasumber harus berusaha menciptakan suatu sistem penyampaian umpan balik yang disertai dengan penghargaan pada khlayak sasaran. Informasi yang demikian ini secara langsung dapat memberikan petunjuk pada khalayak tentang kemajuan ataupun mungkin hambatan yang masih harus diatasi untuk membentuk perilaku baru. Sistem penyampain informasi dan penghargaan tersebut perlu dipertautkan dengan setiap individu anggota khalayak tersebut. Hal ini penting oleh karena kemampuan dan kebutuhab setiap anggota berbeda-beda. Demekian pula dengan bentuk penghargaan itu. Apakah cukup diberikan penghargaab yang bersifat abstrak, yang kebanyakan bersifat psikologik, ataupun penghargaan yang memilki bentuk yang lebih nyata, seperti benda ataupu jasa yang bermakna ekonomik. Semua ini harus dipertimbangkan dan direncanakan dengan cermat, dan disesuaikan dengan situasi kehidupan khalayak sasaran itu.
Pengarahan kembali aktifitas belajar khalayak sasaran target group. Dalam mengikhtiarkan terjadinya proses belajar dikalangan khalayak sasaran target group. Agen pembaharu maupun narasumber lainnya haruslah bersikap fleksibel. Penyesuain ataupun adaptasi rencana kerja dan rencana pengajaran terhadap situasi setempat, perlu dilakukanuntuk memperlancar proses belajar. Pertimbangan seperti ini menurut Boone et al,(1973) diperlukan oleh karena kompleksnya perilaku manusia dan banyaknya perubahan yang terlibat dalam proses pembentukan perilaku baru khalayak itu, yang tidak dapat dikontrol oleh agen pembaharu maupun narasumber lainnya. Jadi akn jarang sekali bahwa seseorang agen pembaharu ataupun narasumber, mengimplementasikan aktifitas belajar mengajar seperti persis seperti apa yang telah direncanakan semula di atas kertas.
Pelaksanaan ataupun implementasi program kerja pengabdian pada masyarakat selalu menuntut perhatian, pelibatan dan dukungan penuh khalayak sasaran program tersebut, agen pembaharu, narasumber, professional lainnya, dan berbagi macam sumberdaya yang dibutuhkan. Pelaksanaan rencana kerja haruslah didasarkan pada rencana kerja yang telah disusun. Rencana kerja yang baik akan menunjukkan adanya siapa yang hendak dicapai,apa “subject matter” itu hendak disampaikan,bagimana informasi tentang “subject matter” itu hendak disampaikan,kapan aktifitas belajar mengajar itu akan dilaksanakan, dan dimana aktifitas belajar mengajar itu akan dilaksnakan.
KESIMPULAN
Dalam pelaksanaan rencana kerja itu ada empat tugas pokok yang harus dilakuakn oleh agen pembaharu. Keempat tugas itu ialah : merekrut, menggunakan dan narasumber yang dibutuhkan, memonitor belajar khalayak sasaran target group, membri dorongan semangat secara terus menerus kepada khalayak sasaran itu dan mengarahkan kembali aktifitas belajar khalayak sasaran tersebut ketika diperlukan.
Khalayak sasarn yang dilibatkan untuk membentuk perilaku bari itu seluruhnya ialaha orang dewas. Agar supaya proses belajar orang dewasa dpat terselenggara dengan baik maka agen pembaharu dengan narasumber harus memperhatikan dan menggunakan prinsip-prinsip dasar psikologi belajar orang dewasa.

DAFTAR PUSTAKA

Boone,R.J,Dolan.J dan Shearon,R.W.Program Planning In the Cooperstive Extention Service:a conceptual scheme releigh,N.C:The north Carolina Agricultural extensionsrvice,1973

Boyle,pattric G.Planning Better Programe NY.1981

Kelsey, Lincoln D dan Hearne, Cannon C.Cooperative Extention Work.NY.1963

Persson,Lynn L” The plan of work”,dalam Sanders,H.C.The Cooperative Extention Service 1966

0 komentar:

Posting Komentar

Terimakasih atas kunjungannya, semoga bermanfaat