Minggu, 08 April 2012

FAKTOR BIOTIK MEMPENGARUHI KEHIDUPAN HAMA


A.    Antixenosis
Makin tinggi tingkat preferensi suatu hama berarti makin rentan suatu varietas, sehingga dapat ditentukan apakah suatu varietas dapat dijadikan sebagai sumber gen ketahanan atau tidak. Variabel yang diamati dalam uji prefensi adalah : intensitas serangan hama, populasi larva, dan berat larva atau preferensi nimfa, preferensi stadia dewasa jantan dan bentina, preferensi meletakan telur, dan persentase telur menetas. Ketidaksukaan (non preferences) atau antixenotis atau menolak kehadiran serangga pada tanaman. Bentuk mekanisme resistensi antixenotis dibagi dalam dua kelompok, yaitu: antixenotis kimiawi, menolak kerana adanya senyawa allelokimia, misalnya kumbang mentimun Diabratica undecimpuntata menyenangi mentimun yang memiliki kandungan kukurbitasin (suatu zat atraktan dan penggairah makanan) dan antixenotis fisik, menolak karena adanya struktur atau morfologik tanaman, misalnya Conomorpha cramerella tidak menyukai meletakkan telurnya pada buah kakao yang licin (halus) jika dibandingkan dengan buah kakao yang kasar.
B.     Tolerance
Hama hadir pada tanaman inang, namun kerusakan dan kerugian yang ditimbulkan dapat diminimalisir karena kemampuan varietas tersebut untuk memperbaiki (repair) dan mengganti (replace) kerusakan yang diinduksi oleh hama sehingga tanaman dapat melanjutkan pertumbuhannya kembali (regrowth).
Toleran yang merupakan respon tanaman terhadap serangga, sehingga beberapa ahli tidak memasukannya dalam ketahanan. Beberapa faktor yang mengakibatkan tanaman toleran terhadap serangan hama, adalah: kekuatan tanaman secara umum, pertumbuhan kembali jaringan tanaman yang rusak, ketegaran batang dan ketahanan terhadap rebah, produksi cabang tambahan, pemanfaatan lebih efisien oleh serangga dan kompensasi lateral oleh tanaman tetangganya. Misalnya, tanaman jagung yang memiliki volume perakaran yang lebih besar lebih tahan terhadap kumbang akar jagung Diabrotica virgifera .

C.    Antibiosis
Tanaman-tanaman yang mengandung toksin (racun) biasanya memberi pengaruh yang kurang baik terhadap serangga. Tanaman yang demikian dikatakan bersifat antibiosis. Tanaman ini akan mempengaruhi banyaknya bagian tanaman yang dimakan hama, dapat menurutkan kemampuan berkembang biak dari hama dan memperbesar kematian serangga. Tanaman kapas yang mengandung senyawa gossypol dengan kadar tinggi mempunyai ketahanan yang lebih baik bila dibandingkan dengan yang mengandung kadar yang lebih rendah, karena bahan kimia ini bekerja sebagai antibiosis terhadap jenis serangga tertentu.
Varietas tanaman dengan tipe ketahanan antibiosis mempunyai kemampuan menghasilkan zat kimia tertentu yang dapat menghambat pertumbuhan dan perkembangan hama atau patogen. Contoh zat kimia seperti itu adalah : sterol yang dapat menghambat Heliothis zea dan Micropletis demolitor (Ritter dan Johnson, 1991), asam salisik yang dihasilkan tembakau sebagai respon pertahanan terhadap tobacco mosaic virus (Popova et al., 1997), thionin yang merupakan protein anti bakteri sehingga meningkatkan resistensi tanaman terhadap serangan bakteri (Florack et al., 1994), kandungan asparagin rendah dari padi Mudgo sehingga tidak diserang oleh wereng coklat, senyawa dimboa yang diproduksi oleh jagung yang tahan terhadap serangan penggerek batang Ostrinia nubilalis, maysin yang menyebabkan jagung resisten terhadap hama Helicoverpa zea (Widstrom dan Snook, 2001), dan tannin pada biji sorghum sehingga resisten terhadap Sorghum midge (Sharma, 2002). 

0 komentar:

Posting Komentar

Terimakasih atas kunjungannya, semoga bermanfaat