A. Antixenosis
Makin tinggi tingkat preferensi
suatu hama berarti makin rentan suatu varietas, sehingga dapat ditentukan
apakah suatu varietas dapat dijadikan sebagai sumber gen ketahanan atau tidak.
Variabel yang diamati dalam uji prefensi adalah : intensitas serangan hama,
populasi larva, dan berat larva atau preferensi nimfa, preferensi stadia dewasa
jantan dan bentina, preferensi meletakan telur, dan persentase telur menetas. Ketidaksukaan (non preferences)
atau antixenotis
atau menolak kehadiran serangga pada tanaman. Bentuk mekanisme resistensi antixenotis
dibagi dalam dua kelompok, yaitu: antixenotis kimiawi, menolak kerana adanya
senyawa allelokimia, misalnya kumbang mentimun Diabratica undecimpuntata
menyenangi mentimun yang memiliki kandungan kukurbitasin (suatu zat atraktan
dan penggairah makanan) dan antixenotis fisik, menolak karena adanya
struktur atau morfologik tanaman, misalnya Conomorpha cramerella tidak
menyukai meletakkan telurnya pada buah kakao yang licin (halus) jika
dibandingkan dengan buah kakao yang kasar.
B. Tolerance
Hama
hadir pada tanaman inang, namun kerusakan dan kerugian yang ditimbulkan dapat diminimalisir
karena kemampuan varietas tersebut untuk memperbaiki (repair) dan mengganti
(replace) kerusakan yang diinduksi oleh hama sehingga tanaman dapat melanjutkan
pertumbuhannya kembali (regrowth).
Toleran yang merupakan respon tanaman
terhadap serangga, sehingga beberapa ahli tidak memasukannya dalam ketahanan.
Beberapa faktor yang mengakibatkan tanaman toleran terhadap serangan hama,
adalah: kekuatan tanaman secara umum, pertumbuhan kembali jaringan tanaman yang
rusak, ketegaran batang dan ketahanan terhadap rebah, produksi cabang tambahan,
pemanfaatan lebih efisien oleh serangga dan kompensasi lateral oleh tanaman
tetangganya. Misalnya, tanaman jagung yang memiliki volume perakaran yang lebih
besar lebih tahan terhadap kumbang akar jagung Diabrotica virgifera .
C. Antibiosis
Tanaman-tanaman
yang mengandung toksin (racun) biasanya memberi pengaruh yang kurang baik
terhadap serangga. Tanaman yang demikian dikatakan bersifat antibiosis.
Tanaman ini akan mempengaruhi banyaknya bagian tanaman yang dimakan hama, dapat
menurutkan kemampuan berkembang biak dari hama dan memperbesar kematian
serangga. Tanaman kapas yang mengandung senyawa gossypol dengan kadar
tinggi mempunyai ketahanan yang lebih baik bila dibandingkan dengan yang
mengandung kadar yang lebih rendah, karena bahan kimia ini bekerja sebagai
antibiosis terhadap jenis serangga tertentu.
Varietas
tanaman dengan tipe ketahanan antibiosis mempunyai kemampuan menghasilkan zat
kimia tertentu yang dapat menghambat pertumbuhan dan perkembangan hama atau
patogen. Contoh zat kimia seperti itu adalah : sterol yang dapat
menghambat Heliothis zea dan Micropletis demolitor (Ritter dan
Johnson, 1991), asam salisik yang dihasilkan tembakau sebagai respon
pertahanan terhadap tobacco mosaic virus (Popova et al., 1997), thionin
yang merupakan protein anti bakteri sehingga meningkatkan resistensi
tanaman terhadap serangan bakteri (Florack et al., 1994), kandungan asparagin
rendah dari padi Mudgo sehingga tidak diserang oleh wereng coklat, senyawa dimboa
yang diproduksi oleh jagung yang tahan terhadap serangan penggerek batang Ostrinia
nubilalis, maysin yang menyebabkan jagung resisten terhadap hama Helicoverpa
zea (Widstrom dan Snook, 2001), dan tannin pada biji sorghum
sehingga resisten terhadap Sorghum midge (Sharma, 2002).
0 komentar:
Posting Komentar
Terimakasih atas kunjungannya, semoga bermanfaat