Sabtu, 19 Mei 2012

AGAMA ISLAM DAN RUANG LINGKUPNYA

            Islam berasal dari kata aslama-yuslinu yang berarti menyerah, tunduk dan damai. Secara bahasa, islam mengandung makna umum, bukan hanya nama dari suatu agama. Ketundukan, ketaatan dan kepatuhan merupakan makna islam. Ini berarti segala sesuatu yang tunduk dan patuh terhadap kehendak alla adalah “islam”. Menurut Al-Qur’an, isalam adalah agama yang ajaran-ajarannya diberikan Allah kepada masyarakat manusia melalui para Rasul-Nya. Jadi, islam adalah agama Allah yang dibawa oleh para nabi pada setiap zamannya yang berakhir dengan kenabian Muhammad SAW. Penamaan agama islam bagi para nabi didasarkan kepada firman Allah, yaitu :
قُولُوا آمَنَّا بِاللَّهِ وَمَا أُنْزِلَ إِلَيْنَا وَمَا أُنْزِلَ إِلَى إِبْرَاهِيمَ وَإِسْمَاعِيلَ وَإِسْحَاقَ وَيَعْقُوبَ وَالْأَسْبَاطِ وَمَا أُوتِيَ مُوسَى وَعِيسَى وَمَا أُوتِيَ النَّبِيُّونَ مِنْ رَبِّهِمْ لَا نُفَرِّقُ بَيْنَ أَحَدٍ مِنْهُمْ وَنَحْنُ لَهُ مُسْلِمُونَ
Katakanlah (hai orang-orang mukmin): `Kami beriman kepada Allah dan apa yang diturunkan kepada kami, dan apa yang diturunkan kepada Ibrahim, Ismail, Ishaq, Yaqub dan anak cucunya, dan apa yang diberikan kepada Musa dan Isa serta apa yang diberikan kepada nabi-nabi dari Tuhannya. Kami tidak membeda-bedakan seorangpun di antara mereka dan kami hanya tunduk patuh kepada-Nya`.(QS. 2:136)
Dan pada ayat lain disebutkan tentang ucapan Nabi Nuh :
 ٱلْمُسْلِمِينَ فَإِن تَوَلَّيْتُمْ فَمَا سَأَلْتُكُم مِّنْ أَجْرٍ ۖ إِنْ أَجْرِىَ إِلَّا عَلَى ٱللَّهِ ۖ وَأُمِرْتُ أَنْ أَكُونَ مِنَ
“Jika kamu berpaling (dari peringatanku), aku tidak meminta upah sedikitpun dari padamu. Upahku tidak lain hanyalah dari Allah belaka, dan aku disuruh supaya aku termasuk golongan orang-orang yang berserah diri (kepada-Nya)".(Yunus : 72)
Mengenai Nabi Ibrahim, Allah SWT berfirman:
إِذْ قَالَ لَهُ رَبُّهُ أَسْلِمْ قَالَ أَسْلَمْتُ لِرَبِّ الْعَالَمِينَ
“Ketika Tuhannya berfirman kepadanya:` Tunduk patuhlah! Ibrahim menjawab: `Aku tuduk patuh kepada Tuhan semesta alam” (Al Baqarah : 131)
Dan Allah berfirman dalam mengisahkan Yusuf :
ضِ لأَرْ وَا اتِ السَّمَاوَ فَاطِرَ حَادِيثِ الأَ تَأْوِيلِ مِن عَلَّمْتَنِي وَ الْمُلْكِ مِنَ آتَيْتَنِيقَدْرَبِّ
بِالصَّالِحِينَ وَأَلْحِقْنِي  مُسْلِماً  تَوَفَّنِي  خِرَةِ وَالآ نُيَا الدُّ فِي وَلِيِّي  
Ya Tuhanku, sesungguhnya Engkau telah menganugerahkan kepadaku sebahagian kerajaan dan telah mengajarkan kepadaku sebahagian ta`bir mimpi. (Ya Tuhan). Pencipta langit dan bumi. Engkaulah Pelindungku di dunia dan di akhirat, wafatkanlah aku dalam keadaan Islam dan gabungkanlah aku dengan orang-orang yang saleh.”(Yusuf: 101)

Berkenaan dengan Nabi Musa Allah berfirman :
مِينَمُّسْلِ كُنتُم إِن تَوَكَّلُوٓا۟ فَعَلَيْهِ بِٱللَّهِ ءَامَنتُم  كُنتُمْ إِن يَٰقَوْمِ مُوسَىٰ وَقَالَ
“Berkata Musa: "Hai kaumku, jika kamu beriman kepada Allah, maka bertawakkallah kepada-Nya saja, jika kamu benar-benar orang yang berserah diri". Yunus(10):84
Tentang Nabi Isa Al-Qur’an mencatat :
بِأَنَّا ٱشْهَدْ وَ بِٱللَّهِ ءَامَنَّا ٱللَّهِ أَنصَارُ نَحْنُ يُّونَ ٱلْحَوَارِ قَالَ ٱللَّهِ إِلَى أَنصَارِىٓ مَنْ قَالَ ٱلْكُفْرَ مِنْهُمُ عِيسَىٰ أَحَسَّ فَلَمَّآ
مُسْلِمُونَ
“Maka tatkala Isa mengetahui keingkaran mereka (Bani lsrail) berkatalah dia: "Siapakah yang akan menjadi penolong-penolongku untuk (menegakkan agama) Allah?" Para hawariyyin (sahabat-sahabat setia) menjawab: "Kamilah penolong-penolong (agama) Allah, kami beriman kepada Allah; dan saksikanlah bahwa sesungguhnya kami adalah orang-orang yang berserah diri.“(Ali Imran :52)         
Allah mengutus Rasul penutup pembawa agama islam, yaitu Nabi Muhammad SAW, sebagaimana firman-Nya :

“Sesungguhnya Kami telah memberikan wahyu kepadamu sebagaimana Kami telah memberikan wahyu kepada Nuh dan nabi-nabi yang sesudahnya, dan Kami telah memberikan wahyu (pula) kepada Ibrahim, Isma’il, Ishaq, Ya’qub dan anak cucunya, ‘Isa, Ayyub, Yunus, Harun dan Sulaiman. Dan Kami berikan Zabur kepada Daud. Dan (kami telah mengutus) rasul-rasul yang sungguh telah Kami kisahkan tentang mereka kepadamu dahulu, dan rasul-rasul yang tidak Kami kisahkan tentang mereka kepadamu. Dan Allah telah berbicara kepada Musa dengan langsung. (Mereka kami utus) selaku rasul-rasul pembawa berita gembira dan pemberi peringatan agar tidak ada alasan bagi manusia membantah Allah sesudah diutusnya rasul-rasul itu. Dan adalah Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” (An-Nisa`: 163-165)
            Dan rangkaian ayat diatas tampaklah bahwa agama islam adalah agama yang diturunkan Allah kepada manusia melalui para Rasul dan pada saat terkhir agama ini diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW. Jadi islam dalam pengertian yang peling baru dan sempurna merupakan ajaran dan wahyu Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW.
            Ajaran islam bersifat universal dan berlaku setiap zaman. Keabadian dan keaktualan islam telah dibuktikan sepanjang sejarahnya, di mana setiap kurun waktu dan perkembangan peradaban manusia senantiasa dapat dijawab dengan tuntas oleh ajaran islam melalui Al-Qur’an sebagai landasannya. Keuniversalan konsep islam merupakan jawaban terhadap keterbatasan manusia dan pemikirannya yang temporal dan parsial. Karena keparsialan ini muncullah kekurang dan dari ketemporalan lahirlah kegoyahan yang menuntut perubahan-perubahan. Keuniverslan islam membebaskan islam dari berbagai kekurangan dan kelemahan yang lebih membuktikan akan kebenarannya.
            Keuniversalan ajaran agama islam pada hakekatnya terwujud dari hal yang paling mendasar dan pokok dari seluruh konsep islam, yaitu keyakinan akan keesaan Allah atau tauhidullah. Konsep tauhidullah adalah konsep khas islam dan menjadi azas yang paling esesnsial dalam seluruh sistem islam yang dapat melahirkan jiw akaum muslimin merdeka dari intervensi, penekana, dan intimidasi manusia lain. Ia merupakan nilai dan etos yang membentuk sikap jiwa yang bebas dan kreatif dalam menunaikan tugas kemanusiannya. Dlam pada itu tauhid melahirkan pada ketundukan, kepasrahan dan ketaatan tanpa reserve terhadap undang-undang dan peraturan-peraturan Allah.
            Dari tauhidullah ini lahir pula konsep islam selanjutnya berupa integralitas dan kesempurnanaan. Dalam konsep ini berarti  islam tidak membutuhkan penyempurnaan atau penambahan dari luar, karena ia adalah ciptaan Allah sehingga akan sesuai denganya apapun yang diciptakan Allah, termasuk didalamnya manusia sebagai sasaran dari konsep islam. Penolakan terhadap konsep islam berarti pengingkaran terhadap nilai dan makna kemanusiaannya.
            Tauhidullah melahirkan prinsip keseimbangan dan harmoni, yaitu mencakup kehidupan hari ini dan hari esok (dunia dan akherat), memberikan pemenuhan kebutuhan jasmani sekaligus kebutuhan rohani, member perhatian terhadap individu maupun manusia dengan mahkluk lainnya termasuk dengan lingkungannya. Aspek-aspek yang berkenaan dengan hidup dalam bentuk nilai dan norma islam disebut syari’at.
            Tujuan syari’at islam yang sangat menonjol adalah meneguhkan nilai-nilai kemanusian yang sehat, agar tercipta hak yang menjamin kebahagian di dunia dan akherat. Dengan demikian tujuan yang dibimbing oleh syari’at islam bukan hanya tujuan yang bersifat sementara, tetapi tujuan akhir(ultimategoal) berupa kebahagian yang abadi yang dipenuhi kebaikan di akherat. Dengan demikian di dalam konsep ialma kematian adalah pembuka kearah kebaikan dan buka suatu tragedy yang perlu ditakutkan. Jadi kehidupan dlam islam menyimpan optimism menyambut masa depan dengan penuh harapan, Karena tertanamnya keimanan.
            Syari’at islam yang datang dari Allah itu ditujukan kepada manusia, mahkluk Allah. Keran sumber syari’at adalah Allah, maka realisasi syari’at islam dalam kehidupan manusia telah terencana dengan sempurna sebagai perbuatan yang mampu dilakukan manusia, karena kapasitas manusianya yang telah disesuaikan dengan beban dan bobot syari’at. Di sini islam dpat lebih dipahami sebagai ajaran yang sesuai dengan atribut kemanusiaan. Karena itu tidak heran jika syari’at islam sesuai dengan kodrat kemanusiaan dan tidak ada satupun ajaran syari;at islam yang menafikan kodrat tersebut. Dengan demikian penolakan manusia terhadap syari’at islam merupakan penolakan manusia terhadap kodrat asasi dirinya sendiri sebagai manusia.   
            Konsep islam berhubungan dengan realitas-relitas nyata dan menyakinkan yang tidak terlepas hakekat ilahi yang membekas dlam jejak-jejak nyata dan dapat diserap secara indrawi. Islam menghendaki ralitas kongkrit, bukan imaginative. Karen aitu dalam konsep islam tidak dapat dipisahkan antara keimanan yang abstrak dengan realitas indrawi yang kongkrit berupa tingkah laku yang dikenal dengan istilah amal shaleh. Melalui kerealistisan inilah islam menghadapi alam yang berwujud realistis yang menjelmakan dan mendorong munculnya sikap, aktifitas dan kreatifitas kemanusiaan dalam alam nyata, yaitu kehidupan sehari-hari sebagai individu dan masyarakat di tengah-tengah lingkungan alamnya.
            Agama islam adalah risalah (pesan-pesan) yang diturunkan Allah kepada para nabi dan rasul sebagai petunjuk dan pedoman yang mengandung hukum-hukum   sempurna untuk dipergunakan dalam menyelenggarakan tata cara kehidupan manusia, yaitu mengatur hubungan manusia dengan manusia lainnya, hubungan manusia dengan alam dan hubungan manusia dengan khaliknya.

Agama Islam dan Ruang Lingkupnya
a. Definisi Islam
Ditinjau dari segi ethimologi atau asal usul bahasa, istilah Islam diambil dari bahasa Arab, Aslama-yuslimu, yang berarti berserah diri, patuh, taat, tunduk, patuh dan taat kepada ajaran, tuntunan, petunjuk dan peraturan hukum Allah SWT QS,Ali Imron:83 dan QS,An Nisa:125. Kata Islam juaga berasal dari kata Assilm, artinya perdamaian, kerukunan, keamanan. Maksudnya agama Islam menganjurkan kepada pemeluknya untuk dapat mewujudkan perdamaian dan keamanan dalam kehidupan pribadi dan bermasyarakat, baik lahir maupun batin. Ditinjau dari segi terminologi/istilah, Islam adalah agama yang diturunkan oleh Allah kepada manusia melalui RasulNya, yang berisi hukum yang mengatur hubungan manusia dengan Allah, hubungan manusia dengan manusia dan hubungan manusia dengan alam semesta.. (Achmad Abdullah Al Masdosy, dalam buku Depag RI:2000).
b. Metode dalam mengkaji Islam
Menurut Nasrudin Razaq (1989:49) dalam bukunya Dienul Islam, dijelaskan bahwa ada empat metode atau cara mengkaji Islam yang benar.
1.Islam harus dikaji dari sumber asli (Al Qur'an dan Sunnah Rasulullah).
Memahami Islam hanya mengenal dari ulama-ulama dan pemeluk-pemeluknya atau mengenal Islam hanya dari kitab-kitab fikih orientit adalah suatu kekeliriuan, maka dari itu Islam harus dikaji dari sumber asli, yaitu Al Qur'an dan Sunnah Rasulullah
2.Islam harus dikaji secara integral, bukan parsial
Islam harus dikaji secara integral artinya harus mempelajari Islam secara menyeluruh sebagai suatu kesatuan yang utuh tidak sebagian atau sepotong-potong saja. Apabila  Islam dipelajari secara sebagian-sebagian saja dari ajarannya akan melahirkan pemeluk Islam yang ragu terhadap Islmanya dan akan dimungkinkan banyak timbul pertentangan dan kesalahpahaman dalam Islam. Pemahaman yang parsial terhadap Islam akan berakibat seperti hikayat pengenalan empat orang buta terhadap seekor gajah. Yang dengan yang lainnya tidak ada yang sama persepsinya tentang gajah karena kebetulan yang diraba atau dipegang bagian yang berbeda dari gajah tersebut.
3. Islam harus dikaji dari kepustakaan Muslim atau sarjana
Pada umumnya mereka orang-orang yang memiliki kemampuan pemahaman yang integral tentang Islam, yaitu pemahaman yang lahir dari ilmu yang dalam terhadap AL Qur'an dan Sunnah Rasulullah.
4.Jangan mengkaji Islam dari kenyataan hidup atau realita umatnya, tetapi dari ajarannya yang komprehensif.
Apabila mengkaji Islam dari realita kehidupan umatnya, banyak ditemukan umat Islam terbelakang dalam bidang pendidikan, keawaman, kebodohan, kemiskinan. Jika kita mengkaji yang demikian itu, kesalahn besar. Ini adalah permasalahan umum umat Islam di Indonesia.

Disamping cara tersebut, masih ada cara lain yang lebih penting dalam mengkaji Islam secara benare, yaitu dengan memasuki dan mendalami tasawuf dan melaksnakan ajaran-ajarannya secara Istiqomah.

c.Karakteristik Islam
Menurut Yusuf Qordawi (1996:16) dalam bukunya Karakteristik Islam, menjelaskan bahwa agama Islam mempunyai beberapa ciri khusus.
1.Rabbaniyah, yaitu agama yang tujuan akhirnya adalah berhubungan dengan Allah.
2.Insaniyah, yaitu agama yang sesuai dengan jiwa manusia. Semua perintah dan larangannya, bermanfaat untuk manusia itu sendiri.
3.Syumuliyah, yaitu agama yang berlaku secara universal artinya agama yang berlaku bagi semua zaman, semua kehidupan, dan semua tempat serta dapat diterima oleh semua manusia di dunia sampai akhir masa.
4.Wasatiyah, yaitu agama yang bersifat moderat (pertengahan) artinya agama yang mengajarkan pada pemeluknya agar tidak condong pada kehidupan materi saja, akan tetapi dapat memperhatikan kesimbangan kehidupan dunia dan akhirat, spiritual maupun material.

d.    Ruang lingkup Ajaran Islam
Endang Saifudin Anshory (1980:73) dalam bukunya Kuliah Al Islam mebagi ajaran Islam terdiri dari tiga bagian, yaitu:
1. Akidah
Menurut ethimologi Akidah artinya : ikatan, janji, sedangkan menurut terminologi Akidah adalah sesuatu yang mengharuskan hati membenarkannya, yang membuat jiwa tenang dan menjadi kepercayaan yang bersih dari kebimbingan dan keragu-raguan. Akidah didalam Al Qur'an disebut dengan Iman, yang artinya membenarkan dalam hati, mengucapkan dengan lisan dan melaksankan dengan amal perbuatan.
2. Syariah
Menurut Etimologi Syariah:artinya jalan, aturan. Sedangkan menurut terminologi Syarial ialah norma yang mengatur hubungan manusia dengan Tugan melalui ibadah, hubungan manusia dengan manusia, dan hubungan manusia dengan alam semesta. Hukum Syariah dalam Islam terdiri dari hukum wajib, hukum sunnah, hukum mubah, huku makruh dan hukum haram.
3. Akhlak
Menurut etimologi Akhlak:budi pekerti, sedangkan menurut terminologi ialah kekuatan jiwa yang mendorong perbuatan-perbuatan dengan mudah dan spontan tanpa dipikir dan direningkan lebih dulu.


Sumber Pustaka

  • Departemen Agama RI, 2000. Pendidikan Agama Islam Pada Perguruan Tinggi Umum, Jakarta,Direktorat Perguruyan Tinggi Agama Islam.
  • Razak,Nasrudin, 1996. Diuenul Islam,Bandung,PT. Al Ma'arif
  • Qordawi,Yusuf,1996.Karakteristik Islam,Surabaya.Risalah Gusti
  • Saifuddin Ansori,1980.Kuliah Al Islam,Bandung, Pustaka Salman.
  • Wahyuddin dkk.2009.Pendidikan Agama Islam untuk Perguruan Tinggi.Jakarta.Grasindo











0 komentar:

Posting Komentar

Terimakasih atas kunjungannya, semoga bermanfaat